06 September 2010

Tak terasa, waktu perpisahan semakin dekat. Sebentar lagi engkau akan tinggalkan kami. Masih teringat waktu awal engkau datang. Kami menyambutmu dengan hangat dan suka cita. Para orang tua dengan bersemangat mengenalkan engkau pada putra-putri mereka, para remaja sibuk menyiapkan kegiatan-kegiatan untuk menjamu engkau sebulan penuh. Dan tak ketinggalan, keceriaan anak-anak yang masih polos nan lugu, bergembira menyambut kedatanganmu.

Kau datang membawa berita gembira. Kau datang membawa banyak pahala. Engkaulah yang dinantikan oleh Rasul dan para sahabat. Engkau pula yang kami nantikan saat ini. Sungguh tak dapat kubayangkan, keletihanmu yang telah jauh berjalan selama 11 bulan hanya untuk menemui kami, umat Islam. Namun saat kita bertemu untuk pertama kali, kau tatap kami dengan wajah bersinar dan senyum ceria. Seolah tak nampak pada dirimu tanda perjalanan jauh itu. Itulah kesan menyenangkan saat pertama kali kita bertemu. Alangkah indahnya.

Ramadhan, maafkanlah saudara kami, bila tak dapat memuliakan engkau hingga akhir perjumpaan kita. Satu per satu saudara kami sudah mulai melupakan engkau. Jamaah yang dulu penuh di rumah Allah untuk membersamaimu di waktu malam, kini tak dapat lagi memenuhi seluruh shaf yang ada. Para remaja yang di awal kita bertemu menyuguhkan kegiatan untuk menjamu engkau, kini pun mulai sibuk menjamu temanmu yang akan segera hadir. Keceriaan anak-anak kami pun sudah mulai berganti dengan keceriaan baju baru dan berbagai macam hidangan. Padahal engkau masih bersama kami, disini. Astaghfirullah. Maafkan saudara-saudara kami yang tak lagi peduli dengan engkau. Tergambar jelas di wajahmu, kesedihan itu. Bayang-bayang suka-citamu bersama kami, sedikit demi sedikit mulai hilang. Kami tak berani menatap kesedihanmu itu. Maafkan kami...

Ramadhan...
Tetaplah bersama kami. Meskipun saudara-saudara kami tak lagi peduli. Yakinkan dirimu bahwa masih ada saudara-saudara kami yang masih setia bersama engkau. Membersamai engkau di malam-malam terkakhir perjumpaan kita. Masih ada yang ingin bersama engkau disini. Melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an bersama engkau. Qiyamul Lail untuk menghidupkan malammu, dan tetap tinggal di rumah Allah, menemani saat-saat terakhir bersamamu. Karena kami sadar engkau belum beranjak pergi. Engkau masih disini, bersama kami.

Ramadhan...
Meskipun waktu perpisahan segera tiba. Kami harap engkau masih bisa tersenyum melihat kami. Senyum yang membuat kami rindu ingin bertemu kembali denganmu. Bila nanti engkau pergi, bawalah serta amal-amal kami dan saudara kami yang kami lakukan dengan ikhlas dan sepenuh harap kepada Allah. Bila nanti engkau pergi, ijinkan kami untuk mengantarkanmu sampai depan rumah kami. Melambaikan tangan perpisahan, meski dengan kesedihan mendalam. Perpisahan yang tidak semeriah saat menyambut kedatanganmu. Maafkan kami. Semoga tetes air mata ini menjadi bukti bahwa kami rindu engkau, Ramadhan.

Selamat jalan, Ramadhan. Doakan kami semoga dapat istiqomah menjaga amal-amal kami hingga bertemu engkau kembali.

Solo, 27 Ramadhan 1431 H (6 September 2010)

0 komentar:

Post a Comment